Doctor Vs engineer

Percakapan antara Engineer/E (Pria) dan Dokter/D (Wanita)

Makna Derby

Jelang Persib Vs Persija

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Persib Vs Ajax Amesterdam

Duel luar biasa yang mempertontonkan sepakbola atraktif.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 18 May 2014

Dari Manusia Burung Hingga Ayam Jantan: Daftar Suporter Ikonis Piala Dunia


Seiring Coca Cola menawarkan kesempatan bagi fans untuk ambil bagian di turnamen, Goal menyajikan daftar suporter yang membuat FIFA World Cup begitu spesial.
Sulit untuk tidak bersikap patriotik ketika tim nasional kesayangan Anda mampu lolos ke pagelaran sepakbola terakbar bernama Piala Dunia. Banyak orang tergerak hatinya untuk memberikan dukungan penuh kepada 11 atlet terbaik di negaranya yang bertarung memperebutkan trofi paling bergengsi tersebut.

Namun, seperti kebanyakan hal-hal lainnya, beberapa dukungan dari para suporter itu mungkin akan kelewat jauh, berlebihan, lebay, ekstrem, namun tetap menghadirkan suasana khas atmosfer Piala Dunia. Dan menjelang Piala Dunia 2014 di Brasil pada bulan mendatang, Goal mencoba menyajikan lima dari sekian banyak fans unik yang sukses membuat geger dunia persuporteran. Simak!


Manusia Burung Kondor - Kolombia

El Cole -- begitu orang-orang menjulukinya -- datang dari Branquilla, daerah pantai utara Kolombia, dan tercatat sebagai salah satu suporter paling dikenal di dunia. Setelah di-DO dari sekolah hukum yang dijalaninya selama lima tahun, ia bertransformasi menjadi pendukung Kolombia nomor satu lewat pakaian burung kondor yang begitu eksentrik. Meski beberapa kali sempat merisikokan dirinya akibat pakaian ini, tetap saja ini adalah salah satu bentuk dukungan terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang suporter.



Clement d'Antibes & Ayam Balthazar - Prancis

Meski lahir di Algeria dengan darah campuran Spanyol-Polandia, tak ada yang menghalangi pria yang bernama asli Clement Tomaszewki ini untuk menjadi salah satu pendukung Prancis paling ikonis. Ditemani oleh 'rekannya' yang setia, yakni seekor ayam jantan bernama Balthazar, Tomaszewki selalu mendukung setiap laga yang dilakukan Les Bleus sampai Piala Dunia 2010 - ketika semangat sepakbola dan berpetualangannya dikalahkan oleh hobi yang paling ia sukai: bonsai.



El Tula - Argentina

Carlos Tula, kini sudah nyaris berusia 80 tahun, selalu setia menemani Argentina bertanding sejak Piala Dunia 1974 Jerman. Dengan mengklaim diri sebagai orang yang pertama kali menabuh bombo atau drum besar di ajang Piala Dunia, El Tula selalu disambut hangat oleh publik di negaranya. Sampai-sampai, Paus Fransiskus, yang juga orang Argentina, menjamin dirinya untuk menyaksikan langsung upacara peresmian paus. Ketika bertemu dengan pemimpin agama Katolik sedunia itu, El Tula mencium pipi paus dan memberikannya buku biografi personalnya.



Manolo el del Bombo - Spanyol

Barangkali, inilah suporter paling terkenal di dunia. Pria bernama lengkap Manuel Caceres Artesero ini sudah menghadiri lebih dari 400 laga yang dilakoni timnas Spanyol alias hampir selama 50 tahun menjadi pendukung setia Tim Matador. Dengan selalu membawa bombo-nyapria asal Valencia ini mengaku pernah mendapat tumpangan gratis sepanjang 10 ribu mil ketika saat Piala Dunia 1982 berlangsung sehingga dia tidak pernah melewatkan satu pun pertandingan. Ia juga mengaku tak dibayar ketika mendukung La Roja. Siapapun yang ingin mendengarkan cerita darinya, bisa menemui Manolo el del Bombo di bar miliknya di dekat Mestalla, markas Valencia.



Ippei-kun Si Katak - Jepang

Berada di area abu-abu di antara suporter fanatik dan maskot resmi Jepang, Ippei-kun awalnya adalah maskot Ehime FC, klub J2-League, yang lalu melebarkan sayapnya untuk mendukung timnas Jepang. JFA sendiri tak mengizinkan suporter berkostum katak ini tampil di laga kandang sehingga tidak membingungkan banyak pihak. Tindakan ini dilakukan mengingat Jepang memang sangat serius dalam menangani maskot tim di mana saat ini maskot resmi Tim Samurai Biru adalah Pikachu. Entah apakah Ippei-kun ini akan tampil pada musim panas ini di Brasil.



CATATAN: Atletico Madrid Dan Para Underdog Dengan Kemenangan Terindah


CATATAN: Atletico Madrid Dan Para Underdog Dengan Kemenangan Terindah
Siapa yang di awal musim berani memprediksi Atletico Madrid bakal mengakhiri duopoli Real Madrid dan Barcelona di La Liga bahkan berpotensi mengawinkannya dengan titel Liga Champions? 

Dalam satu dekade lebih, hanya Valencia yang sempat dua kali menjadi kampiun kompetisi teratas Spanyol sementara sisanya status juara selalu bolak-balik jatuh ke tangan Barca dan Los Merengues. Jadi tak heran jika La Liga dianggap sebagai pacuan dua kuda, yang hanya melibatkan dua tim dengan budget fantastis sementara 18 kontestan lainnya cuma berebut tempat untuk melenggang ke Eropa. 

Tapi, Los Cholconeros sukses membalikkan segala prediksi. Dengan kondisi finansial seadanya, tapi dibarengi etos kerja serta semangat tim yang luar biasa skuat Diego Simeone akhirnya sukses menyabet status juara untuk kali pertama sejak 1996. 

Klub Vicente Calderon ternyata bukan satu-satunya yang memberikan paket kejutan soal raihan juara. Jauh sebelumnya, tak sedikit tim-tim yang dianggap underdog justru menyabet kemenangan manis baik di kompetisi domestik maupun level internasional. 

Berikut ini Kami merangkum sepuluh kemenangan mengejutkan sepanjang sejarah sepakbola. 

Jerman Barat (Piala Dunia 1954)

Kurang dari satu dekade setelah hancur oleh Perang Dunia II, Jerman Barat keluar sebagai kampiun Piala Dunia 1954 padahal mereka sama sekali tak dijagokan di awal turnamen. 

Jerman Barat memulai turnamen dengan hasil sempurna, menang 4-1 atas Turki sehingga mereka setidaknya dipastikan lolos ke play-off perempat-final. Tapi, pelatih Sepp Herberger melakukan blunder dengan mengistirahatkan beberapa pemain inti di laga kedua versus Hongaria, hasilnya, mereka dipecundangi 8-3. Kekalahan tersebut rupanya justru melecut spirit para pemain, sehingga mereka balik menghancurkan Turki 7-2 di babak play-off, lalu membekuk Yugoslavia 2-0 dan menembus final dengan kemenangan telak 6-1 atas negara tetangga, Austria.

Dikenal sebagai Das Wunder van Bern (Keajaiban Bern), final Piala Dunia 1954 tetap menjadi salah satu yang paling bersejarah hingga saat ini. Hongaria, yang saat itu dalam penampilan terbaik dengan rangkaian tak terkalahkan selama 32 pertandingan, mencukur Jerman Barat di babak penyisihan grup, pantas dilabeli favorit jelang partai puncak. 

Tapi, kenyataan berkata lain. Buku sejarah menuliskan comeback spektakuler tim underdog dari ketinggalan 2-0 setelah laga baru berjalan delapan menit menjadi kemenangan 3-2 berkat Helmut Rahn yang menadi penentu kemenangan di menit ke-84. 

Nottingham Forest (Piala Champions 1979 )

Tidak banyak kisah dongeng hadir dalam sepakbola, tapi prestasi spektakuler yang dicapai Nottingham Forest di akhir 1970-an menjadi salah satu cerita paling magis yang bahkan fans mereka sendiri sulit mempercayainya. 

Perjalanan mereka menuju takhta Eropa dimulai sejak penunjukkan Brian Clough sebagai pelatih pada 1975. Dua tahun kemudian, mereka menyegel tiket promosi ke kompetisi teratas Inggris dan hebatnya lagi langsung menyabet titel pertama pada 1977-78. Luar biasa. 

Forest ternyata tidak puas dengan hanya menjadi jawara Inggris, mereka berambisi menaklukkan Eropa. Menyingkirkan juara bertahan sekaligus tim favorit Liverpool adalah start terbaik untuk memulai kampanye mereka di Benua Biru dan diikuti dengan kemenangan atas AEK Athen, Grasshoppers dan Koln. 

Molmo, yang disebut Clough sebagai “tim membosankan” dari “negara membosankan”, menjadi lawan jawara Inggris di final yang digelar di Munich dan mereka melengkapi dongeng tersebut dengan kemenangan tipis 1-0. 

Forest berhasil mempertahankan titel di musim berikutnya, tapi status underdog mereka terus redup sejak saat itu 

Aberdeen (Piala Winners 1983)

Sir Alex Ferguson memang pantas disebut sebagai pelatih terbaik sepanjang sejarah sepakbola, tapi jauh sebelum namanya melambung bersama Manchester United, dia telah menunjukkan potensi di dunia pelatih pada 1982. 

Dimulai pada musim 1982/83 ketika membesut Aberdeen, Sir Alex mulai pamer kepada dunia bahwa masa depan cerah telah menantinya. Dia menjadi pusat pembicaraan di Skotlandia, meruntuhkan hegemoni Celtic dan Rangers di liga, tapi menembus Piala Winners memberi kesempatan untuknya menaklukkan Eropa. 

Aberdeen menyingkirkan sejumlah tim besar dalam perjalanan mereka menuju gelar. Di perempat-final, mereka mendepak raksasa Jerman Bayern Munich sebelum menaklukkan Real Madrid di laga penentu juara melalui babak perpanjangan waktu. 


Hellas Verona (Serie A 1985)

Tak ada yang menjagokan Hellas Verona menyabet Scudetto pada musim 1984/85. Finis keempat dan keenam di dua musim sebelumnya setelah promosi ke Serie A, klub ini hanya berstatus underdog. Tapi kerja keras yang diterapkan pelatih Osvaldo Bagnoli memberikan paket kejutan di Italia. 

Dua rekrutan Bagnoli menjadi kunci sukses tim ketika itu: Hans-Peter Briegel merupakan gelandang tangguh yang juga mengepak sembilan gol, sementara attacante Denmark Preben Elkjaer menambah ketajaman lini depan. 

Memulai kampanye dengan kemenangan atas Diego Maradona dan rekan setimnya di Napoli, Verona langsung bercokol di posisi puncak sepanjang musim. 


Denmark (Piala Eropa 1992)

Bukan hal lumrah ketika sebuah tim memenangkan turnamen yang bahkan mereka tidak lolos ke putaran final. Tapi, inilah yang terjadi di Piala Eropa ketika Denmark mengisi tempat Yugoslavia yang dicoret menyusul meningkatnya perang di regional Balkan. 

Dengan persiapan singkat - hanya dua pekan - skuat Richard Moller Nielsen harus dipusingkan dengan materi pemain apalagi bintang mereka Michael Laudrup memilih tetap berlibur dan menolak bergabung dengan skuat - keputusan yang sampai sekarang mungkin masih disesali. 

Denmark mampu menahan Inggris tanpa gol lalu kalah dari tuan rumah Denmark, tapi mereka membuat banyak pecinta sepakbola tercengang saat membekuk Michel Platini dkk 2-1 untuk memastikan tiket ke empat besar. Peter Schmeichel kemudian menjadi pahlawan tim ketika mereka mengeliminasi Belanda melalui drama adu penalti untuk menembus final. 

Jerman jelas diunggulkan menggondol gelar juara, tapi gol pembuka John Jensen yang digandakan oleh Kim Vilfort di babak kedua, serta performa impresif Schmeichel di bawah mistar memberikan kemenangan tak terduga buat Denmark. 


Kaiserslautern (Bundesliga 1998)

Otto Rehhagel meninggalkan Werder Bremen setelah 14 tahun bersama klub dan bergabung dengan Bayern Munich. Sayang, kariernya di Bayern tidak berjalan mulus dan dia harus kehilangan pekerjaan hanya empat hari sebelum leg kedua final Piala Uefa 1996. 

Rehhagel memulai petualangan baru dengan Kaiserslautern, tim yang terdegradasi dari Bundesliga. Tapi dengan pengalaman dan kerja kerasnya, tim akhirnya meraih tiket promosi setahun kemudian dengan memenangkan divisi kedua berkat keunggulan sepuluh poin. 

Meski mengantungi nama besar Rehhagel, Kaiserslautern sama sekali tak diunggulkan di kompetisi terelite Jerman karena belum ada catatan sebelumnya tim promosi langsung merangsek sebagai juara.

Tapi, mereka membungkam para peragu. Rehhagel aktif di jendela transfer, membawa beberapa muka baru (termasuk Michael Ballack) ke tim dan membawa Kaiserslautern merebut gelar juara di musim pertama setelah degradasi ke divisi dua. 


Deportivo La Coruna (La Liga 2000)

Deportivo La Coruna sempat beberapa kali nyaris mencium trofi La Liga, tapi mereka bukan kandidat juara jelang kampanye 1999/2000 bergulir.

Hanya finis di urutan keenam pada musim sebelumnya memang peningkatan signifikan dari posisi ke-12 pada 1998, tapi tak ada yang menyangka Superdepor bakal mereguk manisnya kampiun liga setelahnya. 

Pelatih Javier Irureta sukses memaksimalkan pemain seperti Roy Maakaay, Pauleta dan Mauro Silva untuk mengubah Superdepor menjadi tim menakutkan di kompetisi domestik. Mereka kemudian keluar sebagai kampiun dengan keunggulan lima poin dari peringkat kedua Barcelona, dan ini menjadi awal era keemasan di Liga Champions yang mencapai klimaks dengan menembus babak semi-final pada 2004. 

Coruna tetap menjadi kota kerkecil kedua (Hanya lebih besar dari kota Real Sociedad, San Sebastian) yang memenangkan gelar juara Spanyol dan akan berharap kembali mengukir tintas emas setelah memastikan tiket promosi dari Segunda pada 2013/14. 


Boavista (Primeira Liga 2001)

Dominasi tim dalam sebuah kompetisi domestik memang bisa menjadi bumerang, karena menimbulkan atmosfer membosankan dalam persaingan gelar, seperti yang juga terjadi di Primeira Liga. 

Kompetisi paling top Portugal ini menginjak usia 80 pada 2013/14 dan 78 gelar di antaranya dimenangkan oleh Benfica, Sporting atau Porto. Tapi, ada satu momen di mana ‘Big Three’ Portugal harus gigit jari, ketika Boavista keluar sebagai peredam hegemoni tiga tim terkuat pada 2000/01. 

Jaime Pecheco pantas mendapat kredit atas suksesnya mengirim klub meraih hasil spektakuler - setelah mereka hanya finis di tujuh besar di lima musim sebelumnya. Di kubu pemain, ikon Bolivia Erwin Sanchez menjadi pujaan fans atas penampilan impresifnya dalam menyerang. 

Mereka menyegel gelar bersejarah jelang akhir kompetisi, sehingga memicu kebanggaan luar biasa sementara tim “tiga besar” masih berpikir keras melihat bagaimana Boavista berhasil merusak dominasi. 


Porto (Liga Champions 2004)

Tak terasa, sudah satu dekade berlalu sejak Jose Mourinho mencuri perhatian fans sepakbola ketika dia membawa Porto meraih gelar Liga Champions pada 2004. 

Pelatih yang pernah membesut FC Internazionale berhasil menaklukkan Eropa setahun sebelumnya dengan mempersembahkan gelar Piala Uefa buat the Dragoes. Dan setelah mencicipi gelar Eropa, semangat Mourinho tidak berhenti sampai di situ. 

Porto finis kedua di belakang Real Madrid di babak penyisihan grup tapi baru di fase gugur mereka tancap gas. Mourinho berlari di pinggir lapangan untuk merayakan gol terakhir Porto yang menyingkirkan Manchester United di babak 16 besar dan itu jadi salah satu momen unik di Liga Champions hingga sekarang.

Mereka kemudian susah payah menang atas Olympique Lyon dan Deportivo La Coruna sebelum menalukkan AS Monaco di final. Itu momen terakhir Mou sebagai bos Porto karena dia memulai petualangan di Chelsea. 


Yunani (Piala Eropa 2004)

Setelah masuk putaran final Piala Eropa untuk kali pertama dalam 24 tahun pada 2004, tak ada yang berharap Yunani lolos dari penyisihan grup. 

Otto Rehhagel sadar timnya tak memiliki pemain kelas dunia seperti kontestan lain, tapi dia mampu memaksimalkan potensi yang ada. Dengan kesabaran, Yunani menahan gempuran bertubi-tubi dari lawan dan berusaha mencuri gol dari serangan balik atau situasi bola mati.

Mereka memulai kampanye dengan mengalahkan tuan rumah Portugal. Hasil imbang kontra Spanyol dan kalah dari Rusia membuat eksistensi Yunani di Euro 2004 terancam, tapi mereka berhasil lolos ke babak berikut berkat keunggulan memasukkan gol atas Spanyol yang memiliki poin sama. 

Di perempat-final, mereka mendepak juara bertahan Prancis, kemudian Republik Ceko di empat besar. Yunani kembali bertemu Portugal di partai puncak dan mengukuhkan diri sebagai juara Eropa dengan kemenangan 1-0 untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

Saturday, 17 May 2014

Grup D: Lelucon Maut ala FIFA


Tidak seroangpun bermimpi ingin bersaing di grup D. Dengan peta kekuatan yang ada saat ini, grup tersebut pantas disebut sebagai grup neraka. Tergabung di dalamnya Italia, Inggris, Uruguay dan yang terakhir Costa Rica.

Sebagian besar rumah judi sepakat, Italia bakal melaju ke babak selanjutnya sebagai pemuncak klasemen. Squadra Azzura ditemani oleh Urguay. Sementara Inggris harus menampilkan permaian terbaik jika ingin menjaga peluang.

Ketika Uruguay dan Costa Rica membuka persaingan di grup D, mata dunia akan beralih ke laga yang mempertemukan Inggris dan Italia di Manaus. Pertandingan terakhir Italia melawan Uruguay juga akan menentukan. Balotelli dkk. harus menang jika ingin tampil sebagai juara grup.

Italia, Bertaruh pada Balotelli

Bersama Caesare Prandelli, Italia memiliki pelatih yang cakap meracik strategi dan berani mengambil risiko. Squadra Azzura yang berlaga di Piala Konfederasi 2013 November silam, memiliki pengalaman berharga bertanding di tengah cuaca yang menyengat.

Prandeli tidak enggan bereksperimen dengan formasi tim. Di Piala Eropa 2012 lalu, ia menghidupkan kembali posisi Libero yang dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Peran tersebut dimainkan dengan cantik oleh Daniele de Rossi. Hasilnya Italia melenggang ke Final.

Balotelli bakal menjadi tumpuan harapan sekaligus ancaman terbesar buat Italia. Temperamen striker AC Milan itu sulit ditebak. Penampilannya bisa mengganas atau melempem bergantung pada suasana hati. Tapi kiprah Balotelli saat menghancurkan Jerman di babak semi final Piala Eropa 2012 membuktikan, pemain berdarah Ghana itu bisa diandalkan pada momen-momen menentukan.

Uruguay, Memasuki Masa Keemasan
Sejak finish di urutan keempat pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Uruguay yang setengah abad silam dua kali menjadi kampiun, telah kembali ke daftar elit kekuatan sepakbola dunia.
Betapa tidak? Barisan ujung tombak "La Celeste" bertabur nama-nama yang bisa membuat pusing setiap pelatih. Edinson Cavani terus mengganas sejak bergabung dengan Paris Saint Germain. Sementara Luis Suarez menempatkan diri sejajar dengan Christiano Ronaldo dan Lionel Messi dalam daftar pencetak gol terbanyak di Eropa musim ini.

Namun demikian, kelemahan terbesar Uruguay terletak di barisan pertahanan yang mulai menua. Skuad asuhan pelatih Oscar Tabarez itu kebobolan 25 kali selama melakoni babak kualfikasi. Terlebih, duet lini belakang Diego Godin dan kapten Diego Lugano sering kerepotan menghadapi serangan-serangan cepat.

Tabarez sejauh ini setia dengan formasi 4-4-2 yang populer pada dekade 1990-an.

Inggris, Tiga Singa jadi Buruan
Presiden Otoritas Sepakbola Inggris (FA), Greg Dyke, punya rasa humor yang mungkin asing buat sebagian orang. Pria berusia 66 tahun itu tertawa saat hasil undian dibacakan dan menempatkan Inggris bersama Italia dan Uruguay di grup D. Kepada pelatih Roy Hodgson yang duduk di sebelahnya, Dyke menggunakan jarinya untuk membuat gerakan seperti sedang memotong leher.

Dyke mungkin bukan satu-satunya warga Inggris yang tertawa miris melihat hasil undian grup. Buat bangsa yang menggemari humor gelap itu, skuad yang berlaga di bawah bendera "Three Lions" saat ini bukan lagi tim yang diharapkan mengembalikan kejayaan kepada negeri penemu sepakbola itu.

Kendati begitu, penampilan apik Wayne Rooney dan talenta muda Manchester United, Wilfried Zaha yang mulai berbunga membuat squad Hodgson tidak pantas dipandang sebelah mata. Kecuali jika penampilan Rooney dkk. tidak mengalami perubahan dibandingkan dua Piala Dunia sebelumnya, maka Inggris akan terjegal di babak penyisihan grup untuk pertama kali sejak 1950. (Inggris gagal kualifikasi di 1974, 1978 & 1994)

Costa Rica, Membetoni Gawang di Grup Neraka
Tim nasional Costa Rica punya keahlian unik soal bertahan. Skuad berjuluk "Los Ticos" itu menjadi satu-satunya tim di grup kualfikasi zona Concacaf yang tidak pernah kebobolan lebih dari satu gol dalam satu pertandingan.

Pelatih Jorge Luis Pinto memang punya banyak alasan buat mengemas lini belakang yang kokoh guna mengamankan tiket ke Piala Dunia. Taktik bertahan yang dipadu dengan serangan-serangan cepat langsung ke jatung pertahanan lawan adalah karakter utama permainan Costa Rica sejak ditanganinya.

Pinto juga bertaruh pada skuad inti yang ditopang oleh tujuh atau delapan pemain unggulan. Talenta muda Arsenal, Joel Campbell yang nyaris tak dikenal, diharapkan bisa mengejutkan barisan pertahanan lawan.

Thursday, 15 May 2014

Hasil Persib vs Ajax Amsterdam Skor 1-1

Permalink gambar yang terpasang
BANDUNG - Duel Persib Bandung vs Ajax Amsterdam di Stadion Si Jalak Harupat, Rabu (14/5/2014), berakhir dengan skor 1-1 di babak pertama.


Gol Ajax diciptakan Stefano Denswil pada menit 16. Sementara Persib mencetak gol lewat sepakan terukur Konate Makan pada menit 44.



Jalannya pertandingan
Seolah ingin menunjukkan kualitasnya, Ajax berinisiatif mengambil serangan lebih dulu. Menit pertama, Ajax langsung mengancam lewat sepakan Siem de Jong. Beruntung bagi Persib, bola mampu diamankan I Made Wirawan.



Permainan menjadi milik Ajax, mereka dengan leluasa mengacak-acak pertahanan 'Maung Bandung'. Berkali-kali pemain belakang Persib kocar-kacir digempur tim asal Belanda itu.



Petaka bagi Persib terjadi pada menit 16. Berawal dari sepak pojok, Stefano Denswil mampu menceploskan bola lewat sundulannya. 1-0 Ajax unggul dari Persib.



Tak mau kalah begitu saja, Persib berusaha bangkit. Pada menit 17, Coulibaly Djibril menunjukkan kemampuan individunya dengan berusaha melewati dua pemain belakang Ajax. Tapi sepakan kerasnya mampu diblok kiper Mickey van Der Hart.



Ajax lalu melancarkan serangan balik. Sepakan Riechedly Bazoer pada menit 17 membuat bobotoh deg-degan. Sayang sepakan Riechedly dimentahkan I Made Wirawan.



Siem de Jong kembali memberi ancaman bagi Persib pada menit 21. Beruntung bagi Persib, bola sepakan Siem de Jong melenceng dari sasaran.



Beberapa kali Persib berusaha bangkit. Tapi usaha demi usaha selalu mentah di lini pertahanan Ajax yang tampil penuh disiplin. Bahkan Persib lebih banyak dikurung setengah lapangan oleh tim tamu. Sebaliknya, Ajax lebih banyak memegang kendali permainan.



Persib yang tak mau malu di hadapan publiknya sendiri akhirnya mampu memecah kebuntuan. Menit 44, Konate Makan mencetak gol penyama kedudukan jadi 1-1.



Sekira 10 ribu bobotoh pun langsung bersorak menyambut gol dari Konate. Gol itu berawal dari serangan balik. Konate yang berlari kencang tak mampu dihadang pemain belakang Ajax.



Dengan tenang, Konate melepas sepakan terukur ke sudut kiri gawang Ajax. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum. Dalam laga itu, wasit mengeluarkan dua kartu kuning bagi pemain Persib yaitu Tantan dan Vujovic.



Susunan pemain
Persib: I Made Wirawan, Vladimir Vujovic, Abdurahman, Toni Sucipto, Supardi Natsir, Hariono, Taufiq, Konate Makan, Firman Utina, Tantan, Coulibaly Djibril
Pelatih: Djadjang 'Djanur' Nurdjaman



Ajax: Mickey van Der Hart, Mike van Der Hoorn, Ruben Ligeon, Stefano Denswil, Kennt Tete, Christian Poulsen, Lerin Duarte, Siem de Jong, Riechedly Bazoer, Lesly de Sa, Sheraldo Becker
Pelatih: Frank de Boer

Monday, 12 May 2014

Ironi Demokrasi : 12 Media Ini Menjadi Juru Kampanye Partai Bosnya


Ironi Demokrasi : 12 Media Ini Menjadi Juru Kampanye Partai Bosnya
JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Dewan Pers Bagir Manan meminta sejumlah pemilik media untuk menghormati etika jurnalistik karena menurutnya para pemilik yang terjun ke dunia politik menggunakan medianya sebagai sarana mengkampanyekan diri sehingga pers menjadi tidak sehat. 

"Dengan menghormati etika jurnalistik berarti mereka ikut menjaga pers yang sehat," kata Bagir seusai acara Menakar Independensi dan Netralitas Jurnalisme dan Media Indonesia di gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 26 Maret 2014.

Ini media yang dimiliki bos atau petinggi partai yang disinyalir menunjukkan gelagat tak independen dan tak netral terkait dengan berita politik menjelang pemilihan umum 9 April nanti. Hasil penelitian Masyarakat Peduli Media menunjukkan adanya keberpihakan media terhadap pemiliknya.

Contoh media televisi yang berpihak ke pemiliknya, yakni TV One milik Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan Metro TV milik Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Lebih banyak menyiarkan Partai Golkar dan Aburizal Bakrie dibanding partai dan calon presiden lainnya.

"Demikian pula Metro TV yang lebih banyak menampilkan Surya Paloh dan narasumber dari Partai NasDem," peneliti dari Masyarakat Peduli Media, Muzayin Nazaruddin. 

Keberpihakan tak hanya terjadi di televisi, tapi juga media cetak. Muzayin memaparkan Rakyat Merdeka memberi porsi pemberitaan dominan bagi Dahlan Iskan, pemilik Jawa Pos Group (JPNN).

"Dalam pemberitaan di Rakyat Merdeka, figur Dahlan Iskan selalu digambarkan secara positif," ucap Muzayin Nazaruddin.

Media Indonesia pun begitu. Media Indonesia satu group dengan MetroTV, kata Muzayin, cenderung memberitakan Partai NasDem secara positif. "Jadi, Media Indonesia dan Rakyat Merdeka cenderung berpihak kepada pemiliknya," tutur Muzayin. 

Senada dengan Muzayin, Peneliti dari Pemantau Regulasi dan Regulator Media, Amir Efendi Siregar, menyatakan hasil penelitian PR2M, media massa, baik cetak maupun elektronik yang dimiliki politikus, sering digunakan untuk kepentingan pribadi. 

Amir mencontohkan MNC TVRCTIOkezone.com, dan koran Seputar Indonesia (Sindo), yang dimiliki Wakil Ketua Umum Partai Hanura, Hary Tanoe.

"Observasi yang dilakukan peneliti menemukan bahwa liputan-liputan di media dalam kelompok MNC tidak hanya bias pemilik, tapi juga ada tendensi untuk menyembunyikan kebenaran," kata Amir.

Karena itu, Muzayin dan Amir merekomendasikan kepada Dewan Pers untuk membuat regulasi demi menjamin independensi media. Dewan Pers selayaknya juga memberi teguran kepada media yang melanggar prinsip-prinsip independensi dan netralitas. 

Ini Konglomerat 12 Media Indonesia :
1. Hary Tanoe - MNC, RCTI, Seputar Indonesia
2. Dahlan Iskan - Jawa Pos Group
3. Jacob Oetama - Kompas Gramedia
4. Eric Thohir - Mahaka Media, Republika
5. Sariatmadja Family - SCTV, Elang Mahkota Teknologi
6. Chairul Tanjung - Detik.com, CT Corp, Trans TV
7. Aburizal Bakrie & Brothers - ANTV, TVONE
8. Surya Paloh - Media Indonesia, MetroTV
9. Adiguna Sutowo - MRA Media
10. Pia Alisjahbana - Femina Group
11. Goenawan Muhamad Yayasan Tempo - Majalah Tempo, Tempo.co
12. James Riady Lippo Group - Berita satu Media Holding
Menurut Penelitian HerbertKrugman menyatakan bahaya #kartelmedia di televisi, orang tua harus mewaspadai apa yang disebut program #MindControl -Pengendalian Pikiran.

Dari penelitian HerbertKrugman dapat dilihat bagaimana dampak menonton televisi meskipun hanya 30 detik namun efeknya akan mengubah dominasi gelombang Beta (analitis / kesadaran) menjadi gelombang Alfa (tidak kritis / mudah di arahkan)

Bahkan penelitian HerbertKrugman menyatakan bahaya #kartelmedia di televisi, orang tua harus mewaspadai apa yang disebut program #MindControl -Pengendalian Pikiran.

Dari penelitian HerbertKrugman dapat dilihat bagaimana dampak menonton televisi meskipun hanya 30 detik namun efeknya akan mengubah dominasi gelombang Beta (analitis / kesadaran) menjadi gelombang Alfa (tidak kritis / mudah di arahkan)
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/article/2013/10/27/27332/waspada-mind-control-kartel-media-yahudi-penguasa-racuni-iman/#sthash.mYMCNE64.dpuf
Media Sebagai Juru Kampanye
Pakar komunikasi politik, Dr. Heri Budianto dalam acara launching Political Communication Institute di Hotel Puri Denpasar, Kuningan Jakarta dengan gamblang menyatakan bahwa popularitas Jokowi adalah efek dari pop kultur. Sementara menurut pakar komunikasi massa, Prof. Denis Mcquail dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa” menyatakan bahwa eksistensi pop kultur atau budaya massa sangat bergantung kepada media.
Maka, Jokowi sebagai capres dari pop kultur Indonesia tidak diragukan lagi mendapat sokongan besar dari media. Bertindak sebagai juru kampanye, media kita menyiarkan kinerja Jokowi sebagai Gubernur Jakarta ke seluruh penjuru mata angin. Efek citra yang jelas terangkat adalah bahwa kerja regional Jokowi di Jakarta, seolah menjadi kerja nasional bagi bangsa ini seluruhnya.
Banyak pertanyaan mencuat dari kedekatan media dengan sosok Jokowi. Beberapa pihak menduga bahwa ada peran pihak tertentu yang ingin mengendalikan Jokowi dari balik layar. Padahal permasalahannya bisa dilihat secara lebih sederhana.
Dalam acara pertemuan antara Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan lembaga-lembaga penyiaran terkait tayangan di bulan suci Ramadhan dua minggu lalu. Muncul pengakuan menarik dari insan pertelevisian bahwa mereka memiliki ketergantungan yang besar terhadap rating. Bahkan perwakilan salah satu stasiun televisi dengan gambalng menyatakan bahwa dalam industri pertelevisian, rating adalah tuhan dan lembaga penentu rating adalah nabinya.
Media yang kita kenal bukanlah lembaga sosial yang memiliki komitment mengabdi untuk masyarakat. Media kita adalah industri, dan selayaknya industri, mereka hidup dari keuntungan. Keuntungan media diraih dari banyaknya iklan dalam suatu program. Dan penentu banyak tidaknya iklan untuk satu program, lembaga rating yang menentukan. Sosok Jokowi diolah dalam sistem ini.
Tafsir sederhana dari ramainya media kita yang mengangkat sosok Jokowi tiada lain disebabkan oleh tingginya rating. Tingginya rating sama dengan banyaknya perolehan iklan yang berakibat pada naiknya keuntungan. Disini, posisi Jokowi tidak beda dengan acara Yuk Kita Senyum (YKS), dua-duanya adalah objek eksploitasi. Artinya tanpa settingan pihak-pihak tertentu pun, sistem industri media kita sudah bermasalah dalam meninggikan sosok dan citra Jokowi.
Jokowi sebagai pribadi mungkin tidak perlu mengeluarkan dana sepeser pun agar citranya naik, tapi eksploitasi media terhadap sosoknya bisa jadi jauh lebih mahal dan berbahaya dari apa yang bisa dibayangkan. Sebab jika sisi positif Jokowi habis dieksploitasi, giliran sisi negatifnya yang akan diumbar habis. Bukan atas nama keadilan atau keberimbangan dalam berita, tapi atas dasar rating dan keuntungan semata.
Terakhir saya tutup dengan kalimat indah dari seorang pakar,pendobrak dan penguak teori konspirasi dunia.


"Sejatinya politikus itu bukanlah perwakilan rakyat,tapi mereka adalah sekumpulan geng yang mementingkan golongannya..BUKAN BANGSANYA"..!!!"

-Jesse Ventura-
Selamat berpesta 'kibuli' rakyat...
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/03/27/29663/fakta-caleg-2014-90-muka-lama-10-gile-dari-artis-porno-preman/#sthash.IBEcDy9b.dpuf
Terakhir saya tutup dengan kalimat indah dari seorang pakar,pendobrak dan penguak teori konspirasi dunia.

Sejatinya politikus itu bukanlah perwakilan rakyat,tapi mereka adalah sekumpulan geng yang mementingkan golongannya..BUKAN BANGSANYA"..!!! -Jesse Ventura-
Selamat berpesta 'kibuli' rakyat...
Kalo sudah begini suara rakyat hanya sayup terdengar, selebihnya kepentingan pemilik modal semata dan agenda asing.