
Sepak bola dunia bukan penganut mazhab dinasti.
Bahkan juara yang paling tangguh sekalipun tak sanggup bertahan di puncak tahta dalam waktu lama.
Demikianlah yang berlaku bagi Spanyol. Negara yang telah mendominasi kancah sepak bola dunia selama enam tahun berturut-turut, dan mungkin menjadi tim terhebat dalam sejarah sepak bola dunia, secara mengejutkan disingkirkan oleh Chili dengan kedudukan 2-0.
Yang paling menyentak adalah Spanyol nyaris tak berkutik. Chile mencetak dua gol pada babak pertama. Walau para pemain Spanyol lebih banyak menguasai bola setelah turun minum, mereka jarang menghadirkan ancaman.
Lima menit menjelang pertandingan usai, tembakan melengkung yang dilepaskan Andres Iniesta ke pojok atas gawang Chili berhasil ditepis kiper Claudio Bravo. Iniesta, pencetak gol penentu kemenangan Spanyol pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, menggeleng dan menundukkan kepala.
“Rasanya seperti gempa bumi,” ujar Arsene Wenger, manajer Arsenal. “Kita hanya bisa bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi dan apa yang salah.”Peluit akhir yang berbunyi menandai dua kekalahan Spanyol dalam pertandingan penyisihan Grup B. Mereka harus memasrahkan gelar juaranya.
Tereliminasinya Spanyol dari Brasil menandai kesimpulan dari periode enam tahun belakangan saat tim tersebut merajai sepak bola dunia.
Sejak musim panas 2008, ketika negeri tersebut mengakhiri paceklik gelar juara internasional selama 44 tahun dengan merebut Piala Eropa, Spanyol mencengkam jagat sepak bola sebagai tim tiada banding. La Roja menjuarai Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012 dan menjadi tim pertama sejak Piala Dunia digelar pada 1930 yang memenangi tiga turnamen internasional berturut-turut.
Menjadi tim pertama yang meraih prestasi demikian, Spanyol membukukan rekor pertandingan 43-2-4 sejak 2008, periode yang membentang enam tahun dengan memasukkan 108 dan kemasukan 22.
Di luar angka-angka tersebut, hal yang membedakan Spanyol dari tim lain adalah bagaimana mereka menerapkan visi bermainnya kepada dunia. Melalui gaya bermain santai saat melakukan operan satu-dua–dikenal dengan nama “tiki-taka”–Spanyol mengubah pertandingan internasional sebagai arena bermain kucing-kucingan tingkat tinggi.
Namun, aura supremasi Spanyol menjadi redup di Brasil. Kekalahan 5-1 dari Belanda pada pertandingan pembukaan menggarisbawahi kecurigaan banyak pihak beberapa bulan sebelum Piala Dunia digelar: Era kekuasaan Spanyol berakhir.






0 komentar:
Post a Comment